Renungan Seorang Da'ie........

|

Jejak …

Jejak itu menuju tujuan
Bersama taulan ke arah yang diimpikan
Jika terbuki suatu kebenaran
Semakin dicari menemui pilihan

Jejak itulah landasan impian
Penuh keyakinan dan tiada keraguan
Ianya bukan satu permainan
Jika tersalah akan membinasakan

Jejak itu bukan satu angan-angan
Tekadkan diri dengan amal dan iman
Andai dibiar pangkalnya khayalan
kuatkan istiqamah binalah kesabaran

Jejak itu dihalangi cabaran dugaan
Biarpun hempedu pahit ditelan
Walau duri menusuk seluruh badan
Kerana halawah menutupi keperitan

Jejak itu penuh kerahsiaan
Seakan menguji matlamat perjuangan
Semakin beku tanpa peringatan
Akhirnya amanah dibiarkan

Jejak itu beribu kesukaran
Tanpa keyakinan kusutnya fikiran
Hindari diri dari kesulitan
Karena itulah laluan keindahan

Jejak itu melakar kenangan
Mencipta memori mewarnai kehidupan
Jejak itu menggapai suatu kejayaan

Jejak itu akhirnya bertemu keredhaan.....

scedule pelantikan mushalla az zhilal

|


Pelantikan Pengurus Mushalla Az-Zhilal Periode 2009/2010

Minggu, 26 April 2009 Ruang Sidang Fakultas Ushuluddin

kearah kepemimpinan yang proaktif menyalakan semangat keberislaman

A. Pendahuluan

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada akhirul Anbiya Muhammad saw pembawa risalah tauhid dan menyebarkan nya dibumi ini kepada seluruh manusia untuk berislam.

Kondisi obyektif kampus terutama Ushuluddin memaksa masing-masing lembaga kemahasiswaaan selama ini berkembang dengan pola sendiri-sendiri, sesuai dengan visi dan misi yang semula telah disepakati oleh orang-orang yang dalam hal ini adalah mahasiswa-mahasiswa terpilih yang berinteraksi didalamnya. Pola ini kemudian yang membuat warna baru lingkungan kampus akan keberagamannya aktivitas mahasiswa yang tujuannya adalah menjalankan dan mengejawantahkan tridharma perguruan tinggi .

Meski begitu walaupun telah hadir berbagai lembaga kemahasiswaan guna memenuhi kehausan Mahasiswa untuk menyalurkan bakat dan minatnya, masih ada juga masalah-masalah yang dihadapi ditengah perjalanan menjalankan visi dan misi kelembagaan tersebut, akhirnya dengan hadirnya masalah-masalah tersebut meyebabkan lembaga kemahasiswaan lebih mengarahkan perhatiannya kepada kondisi yang dihadapi dikelembagaannya untuk mencari jalan keluar, sehingga sukses di akhir kepengurusan. Keadaan ini berekibat melemahnya kekuatan dan kurang perhatiannya pada kebersamaaan gerak dakwah baik local maupun Global.

Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu koordinasi dalam mengembalikan agenda dakwah tersebut. Berangkat dari sini Mushalla Az-Zhilal adalah salah satu lembaga yang yang selama ini bergerak aktif dalam pencapaian tujuan tersebut. Dengan begitu diperlukan pengurus yang siap menjalankan sekaligus menyalakan semangat dakwah untuk berislam dalam hal amar ma’ruf nahi mungkar, sehingga pelantikan pengurus dirasa sangat perlu, guna timbulnya dan untuk melahirkan generasi-generasi baru.

B. Tema Kegiatan

Kegiatan ini bertemakan “kearah kepemimpinan yang proaktif menyalakan semangat keberislaman”

C. Waktu dan Tempat

Kegiatan pelantikan ini InsyaAllah dilaksanakan pada hari Minggu, 26 April 2009 di Ruang sidang Fak. Ushuluddin

D. Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan adalah kader Az-Zhilal, Mahasiswa Ushuluddin, Undangan BEMAF, HMJ, MPMF dan lembaga kemahasiswaan lainnya.

E. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan adalah pelantikan dilanjutkan dengan kajian ( akan dirincikan ) dan UPGRADING ( khusus untuk pengurus yang baru dilantik )

F. Schedule Acara

a. Pelantikan ( 08.30-09.30 wib )

Taujih Rabbani oleh akh Edi

Sambutan ketua panitia oleh akhi Muhammad Taufiq Al Barra

Pembacaan SK Pengurus Mushalla Az-Zhilal periode 2009/2010 oleh Sekjen Bemaf saudara Sudirman

Pelantikan Pengurus oleh Bapak Dekan Fak. Ushuluddin

Sambutan Rais ‘Amm lama oleh Akhi Syah Reza

Sambutan Gubernur Fak. Ushuluddin oleh Akhi Miswar

Sambutan sekaligus harapan oleh Bapak Dekan Fak. Ushuluddin

Do’a oleh akhi Fadhlullah

b. Kajian ( 09.30-12.30 wib )

1. Materi I tentang leadership “konsep organisasi yang Ideal” oleh Bpk. Dekan Fak. Ushuluddin ( 09.30-10.30 wib )

2. Nasyid dari Kawan-kawan Malaysia

3. Materi II tentang “manajemen organisasi” oleh Team PUSKOMDA ( 10.30-12.30 wib )

Ishoma ( 12.30-14.00 wib )

UPGRADING coordinator Syah Reza ( 14.00-16.00 wib )

Bagian ini khusus untuk pengurus yang baru dilantik untuk menjelaskan tugas dan peran dalam masing-masing Bidang : Kaderisasi, PPSDM, Kestari, Muslimah, dan Humas.

G. Penutup

Demikianlah agenda yang ingin dilaksanakan semoga kiranya dapat terlaksana secara maksimal, bantuan sangat diharapkan kepada semua pihak demi terselenggaranya kegiatan ini, baik berupa sumbangan tenaga, moril juga pikiran. Akhirul kalam kepada Allah jualah tempat bersandar. Jazakallahukhairan, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..






Muhammad Taufiq Al Barra

ketua

Darussalam, 20 April 2009

Panitia Pelaksana Pelantikan

Pengurus Musholla Az-Zhilal

Periode 2009/2010


Hijra Saputra

Sektretaris

Tadzkirah....

|

HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, begitu pula halnya di masjid sehingga shalat berjamaah bisa dilaksanakan dengan adanya orang yang bertindak sebagai imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang muslim, harus mengangkat salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin perjalanan. Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar. Untuk tujuan memperbaiki kehidupan yang lebih baik, seorang muslim tidak boleh mengelak dari tugas kepemimpinan, Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat (HR. Ahmad).

Di dalam Islam, pemimpin kadangkala disebut imam tapi juga khalifah. Dalam shalat berjamaah, imam berarti orang yang didepan. Secara harfiyah, imam berasal dari kata amma, ya’ummu yang artinya menuju, menumpu dan meneladani. Ini berarti seorang imam atau pemimpin harus selalu didepan guna memberi keteladanan atau kepeloporan dalam segala bentuk kebaikan. Disamping itu, pemimpin disebut juga dengan khalifah yang berasal dari kata khalafa yang berarti di belakang, karenanya khalifah dinyatakan sebagai pengganti karena memang pengganti itu dibelakang atau datang sesudah yang digantikan. Kalau pemimpin itu disebut khalifah, itu artinya ia harus bisa berada di belakang untuk menjadi pendorong diri dan orang yang dipimpinnya untuk maju dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh orang yang dipimpinnya kearah kebenaran.

Dari pengantar di atas, terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan Islam, pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup.

1. Tanggung Jawab, Bukan Keistimewaan.

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya,. Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah Swt. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

Oleh karena itu, ketika Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang cemerlang datang ke sebuah pasar untuk mengetahui langsung keadaan pasar, maka ia datang sendirian dengan penampilan biasa, bahkan sangat sederhana sehingga ada yang menduga kalau ia seorang kuli panggul lalu orang itupun menyuruhnya untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya. Umar membawakan barang orang itu dengan maksud menolongnya, bukan untuk mendapatkan upah. Namun ditengah jalan, ada orang memanggilnya dengan panggilan yang mulia sehingga pemilik barang yang tidak begitu memperhatikannya menjadi memperhatikan siapa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya. Setelah ia tahu bahwa Umar sang khalifah yang disuruhnya, iapun meminta maaf, namun Umar merasa hal itu bukanlah suatu kesalahan. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang tiodak boleh disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah Saw bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas

Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karenanya dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400 dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya 10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam anggaran belanja negara atau propinsi dan tingkatan yang dibawahnya terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3. Kerja Keras, Bukan Santai.

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.

Saat menghadapi krisis ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab membagikan sembako (bahan pangan) kepada rakyatnya. Meskipun sore hari ia sudah menerima laporan tentang pembagian yang merata, pada malam hari, saat masyarakat sudah mulai tidur, Umar mengecek langsung dengan mendatangi lorong-lorong kampung, Umar mendapati masih ada rakyatnya yang masuk batu sekedar untuk memberi harapan kepada anaknya yang menangis karena lapar akan kemungkinan mendapatkan makanan. Meskipun malam sudah semakin larut, Umar pulang ke rumahnya dan ternyata ia memanggul sendiri satu karung bahan makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang belum memperolehnya.

4. Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na’im)

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR. Thabrani).

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.

Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah Saw tunjukkan keteladanan dan kepeloporan dalam banyak peristiwa. Ketika Rasulullah Saw membangun masjid Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya, beliau tidak hanya menyuruh dan mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya ke lokasi pembangunan sehingga ketika para sahabat yang lebih muda dari beliau sudah mulai lelah dan beristirahat, Rasul masih terus saja membawanya meskipun ia juga nampak lelah. Karena itu seorang sahabat bermaksud mengambil batu yang dibawa oleh nabi agar ia yang membawanya, tapi nabi justeru menyatakan: “kalau kamu mau membawa batu bata, disana masih banyak batu yang bisa engkau bawa, yang ini biar tetap aku yang membawanya”. Karenanya para sahabat tetap dan terus bersemangat dalam proses penyelesaian pembangunan masjid Nabawi.

Dari penjelasan di atas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti kepala rumah tanggai, ketua RT, pengurus masjid, lurah dan camat apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota parlemen, bupati atau walikota, gubernur, menteri dan presiden. Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar dan orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan, tidak layak untuk kita percayakan menjadi pemimpin.

Sekilas Tentang Mushalla Az Zhilal

|


SEKILAS TENTANG MUSHALLA AZ ZHILAL

Kondisi kampus ushuluddin dari hari ke hari menunjukkan adanya pergeseran pola pikir. Kegairahan mahasiswa akan pemikiran filsafat cenderung mendorong mahasiswa untuk berpikir, berbicara dan bertindak kerap keluar dari bingkai syari’at islam.

Kondisi ini di perparah oleh semakin banyaknya dijajakan pemikiran-pemikiran yang sama sekali tidak berakar dari syari’at islam. AQIDAH DIGUNCANG; itulah kata yang paling tepat untuk kami gambarkan. Disamping itu kondisi Ushuludin di atas. Kampus yang menyandang nama Institut Agama Islam Negeri ini mengikuti jejak para pendahulunya seperti : UIN Syarif Hidayatullah, IAIN Sunan Kali Jaga dsb, seperti digiring menuju arah sekularisasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan ktifitas dari civitas akademika yang menyampaikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sosial mereka. Disamping itu, juga dalam menyikapi berbagai persoalan-persoalan, syari’at islam menjadi pertimbangan yang ke sekian bukan yang pertama dan utama.

Menyikapi kondisi ini, mushalla Az Zhilal mencoba ber fastabiqul khoirot untuk membentengi dan mengubah pola piker civitas akademika menuju nilai-nilai islam yang kaffah. Oleh karena itu bantuan donator untuk menyukseskan program mushalla Az Zhilal sangat diharapkan karena selama ini tidak ada anggaran khusus untuk mendukung program-program mushalla Az Zhilal. Berbeda halnya dengan gerakan-gerakan lainnya yang mencoba merusak pola pikir mahasiswa, mereka mempunyai dana yang sangat besar karena di tunjang oleh donator-donatur dari luar.

Dan dengan lantang kami teriakkan

“KAMI MENTOLERIR PERBEDAAN TAPI KAMI TIDAK

MENTOLERIR PEYIMPANGAN”

SEJARAH MUSHALLA AZ ZHILAL :

Mushalla Az Zhilal fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry merupakan sebuah organisasi da’wah yang mengkhususkan diri pada bidang aqidah, pemikiran, studi qur’an dan hadits, counter liberalisme, aliran-aliran keagamaan dan harakah. Pada awalnya, mushalla Az Zhilal merupakan sekelompok kajian atau diskusi atau keislaman mahasiswa/I fakultas Ushuluddin yang kemudian merasa urgen atau pentingnya berdiri dalam satu organisasi yang teratur.

Akhirnya, niat tersebut disampaikan kepada pihak dekanan fakultas Ushuluddin yang menyambut baik berdirinya mushalla Az Zhilal. Nama Az Zhilal sendiri yang berarti “NAUNGAN” menjadi harapan para pendiri agar hendaknya da’wah Az Zhilal menuju kepada da’wah qur’ani.

Visi Mushalla Az Zhilial

  • Aplikasi nilai-nilai islam di kampus dan sekitarnya.
  • Amar ma’ruf nahi munkar.
  • Mengembangkan kerja sama, koordinasi, komunikasi, integrasi dan persaudaraan antar seluruh elemen mahasiswa IAIN.
  • Memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian masalah-masalah di kampus IAIN.

Misi Mushalla Az Zhilal

  • Menjadi unsur perekat kesatuan gerakan mahasiswa.
  • Menjadi wadah da’wah dilingkungan kampus.
  • Melakukan program pengembangan SDM dan kaderisasi yang lebih terstruktur, terkontrol agar terbentuk pribadi-pribadi muslim yang selaras dengan Al-Qur’an dan As Sunnah.
  • Melakukan amal khadami (pelayanan) kepada segenap civitas akademika.

Karakteristik Mushalla Az Zhilal

  • Siddiq, berkomitmen teguh untuk menjadikan Al-Qur’an dan As Sunnah sebagai indicator kebenaran
  • Tabligh, berkomitmen untuk menyampaikan kebenaran pada siapapun dan dimana pun.
  • Amanah, berkomitmen untuk mengemban tugas dan risalah kenabian hingga akhir hayat sebagai bentuk amanah manusia di muka bumi.
  • Fathanah, berkomitmen untuk menyampaikan kebenaran dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.

 

©2009 Ahlan Wa Sahlan... | Template Blue by TNB